Mengenal Rumah Adat Banten

Banten merupakan salah satu provinsi muda di Indonesia. Awalnya ia masuk ke dalam wilayah administrative Provinsi Jawa Barat. Namun kemudian di tahun 2000, Banten resmi berpisah dan menjadi provinsi mandiri dengan ibu kota Serang. Apa yang menarik dari Banten? Jawabannya banyak. Salah satunya adalah suku Baduy atau yang juga lazim dikenal dengan nama Urang Kanekes. Suku ini mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Meski demikian, pemerintah menetapkan rumah adat Banten adalah rumah adat suku Baduy/Badui. Rumah tradisional ini berupa panggung dengan beratapkan daun dan lantai dari pelepah bambu yang telah dibelah.

Rumah Tanpa Jendela


Sama seperti rumah adat di wilayah lain, rumah tradisional Banten ini juga sarat akan nilai filosofis. Rumah khas suku Baduy ini dibangun menghadap ke utara dan selatan sebab arah barat juga timur dianggap tak baik dalam kehidupan orang Kanekes. Hal lain yang cukup mencolok dari pemukiman orang Baduy adalah harmonisasi antara lingkungan dan masyarakat. Mereka tak mengubah alam sesuai dengan kepentingan mereka. Justru sebaliknya, mereka menyesuaikan hidup dengan apa yang ada di alam. Hasilnya adalah harmonisasi hidup yang terlihat jelas. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri dari Urang Kanekes.

Berbicara mengenai rumah, suku Baduy dikenal dengan kesederhanannya. Jika Anda cermati, rumah mereka dibangun dengan tiang yang tidak sama rata. Tiang-tiang ini menyesuaikan dengan kontur tanah. Di daerah lain, tanah untuk perumahan diratakan. Namun hal ini tak berlaku di tanah Baduy. Tiang rumahlah yang menyesuaikan dengan permukaan tanah. Karena itu jangan heran jika Anda menjumpai rumah adat dengan tiang yang tingginya tidak sama.

Hal lain yang menjadi signatur rumah orang Baduy adalah ketiadaan jendela di rumah. Untuk menikmati udara segar cukup dari lubang lantai yang memang terbuat dari susunan bambu atau dikenal juga dengan nama palupuh. Sama seperti rumah lainnya, rumah adat Banten ini juga dibagi ke dalam beberapa bagian utama antara lain bagian depan, tengah dan dapur atau bagian belakang.

Bagian depan rumah suku Baduy dikenal dengan istilah Sosoro. Tempat ini lazim digunakan sebagai tempat untuk menerima tetamu. Dalam adat Urang Kanekes, tamu dilarang keras masuk ke dalam rumah bagian tengah. Hal ini dipengaruhi kepercayaan bahwa setiap orang luar yang datang selalu membawa pengaruh buruk. Karena itu, ia hanya boleh ada di wilayah netral yakni di depan rumah. Adapun tamu yang hendak menginap biasanya dibawa ke rumah kepala adat.


Bagian lain dari rumah suku Baduy adalah dapur. Oleh karena lantai yang berupa bambu, maka tungku di dapur ini ditimbuni dengan tanah lengkap dengan sekat dari kayu. Hal ini dimaksudkan agar api tidak mudah menjilat lantai dari bambu tadi. Di bagian dapur ini terdapat bagian bernama goa. Ia difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan beras maupun padi.

Rumah adat Banten ini memang tepat diwakili oleh rumah suku Baduy. Kesederhanaan dan kearifan lokal yang mereka perlihatkan menjadi pegangan bagi masyarakat Banten yang dikenal religius. Rumah adat ini bukan sekedar simbol tetapi juga medium pengajaran bagi generasi muda di Banten khususnya dan Indonesia umumnya.